Salah satu tembang macapat yang kita perlajari bersama kali ini yaitu tembang Dhandanggula. Sebagai salah satu dari 11 tembang macapat, tentunya tembang ini juga memiliki watak , aturan dan makna yang terkandung dari tembang dhandanggula ini. Bagi kalian yang ingin mengerti dan mencari referensi mengenai tembang ini, simak sampai selesai yaaa.
Di artikel ini saya juga akan menyediakan berbagai contoh-contoh tembang dhandanggula dengan beberapa tema yang superlengkap.
Daftar Isi
Tembang Macapat Dhandanggula
Tembang Dhandanggula berasal dari kata “Gegedhangan” yang dalam bahasa jawa dapat diartikan sebagai cita-cita, harapan atau angan-angan. Sedangkan kata “gula” yang memiliki arti manis dan indah. Sehingga, dapat disimpulkan dhandanggula artinya berupa cita-cita dan harapan yang indah.
Selain mengandung arti cita-cita dan harapan yang indah, namun ada juga yang menafsirkan dhandanggula berasal dari kata “dhandang” yaitu burung gagak , yang mana sebagai perlambang duka. Sedangkan kata “gula” artinya manis, sehingga dhandanggula dapat disimpulkan juga sebagai suka duka dalam perjalanan hidup hingga mencapai cita-cita dan kebahagiaan.
Watak Tembang Dhandanggula

Watak tembang macapat dhandanggula yaitu memiliki sifat dan karakter yang lebih universal, selain itu keluwesan disegala situasi untuk nasehat dan meresap di hati. Jadi tembang ini dapat digunakan untuk menyampaikan suatu pesan atau kisah pada suatu hal meski dalam situasi dan kondisi apa saja.
Tembang ini pantas sebagai pembuka suatu pembelajaran dan rasa cinta. Lambang pada tembang dhandanggula adalah kisah manusia yang sedang mengalami masa indah dan sejahtera.
Aturan Tembang Dhandanggula
Tembang dhandanggula sendiri memiliki struktur dan aturan dalam pembuatannya. Berikut aturannya :
- Guru Gatra = 10 baris
Pada setiap bait tembang dhandanggula memiliki jumlah 10 larik/baris kalimat.
- Guru Wilangan = 10, 10, 8, 7, 9, 7, 6, 8, 12, 7
Pada setiap baris kalimat atau larik harus memiliki jumlah suku kata seperti di atas.
Jadi, baris kalimat pertama berjumlah 10 suku kata, larik kedua berjumlah 10 suku kata, larik kalimat ketiga berjumlah 8 suku kata, baris keempat memiliki jumlah 7 suku kata, dan seterusnya.
- Guru Lagu = i, a, e, u, i, a, u, a, i, a
Pada setiap akhir suku kata dari masing-masing larik kalimat harus memiliki huruf vokal i, a, e, u, i, a, u, a, i, a.
Contoh – contoh Tembang Dhandangula
Dhandanggula 1

Nanging yen sira ngguguru kaki
Amiliha manungsa kang nyata,
Ingkang becik martabate
Sarta kang wruh ing kukum,
Kang ngibadah lan kang ngirangi,
Sukur oleh wong tapa,
Ingkang wus amungkul,
Tan mikir pawewehing liyan,
Iku pantes sira guronana kaki,
Sartane kawruhana
Meski begitu, jika engkau hendak berguru,
Pilihlah seorang guru yang sepatutnya.
Yang baik dan tinggi martabatnya,
Serta memahami tentang hukum,
Dan juga rajin beribadah.
Syukur-syukur jika kau mendapatkan seorang pertapa,
Yang tekun dan sungguh-sungguh,
Yang tidak mengharapkan imbalan orang lain
Seperti itulah seorang yang pantas kau jadikan guru,
Serta ketahuilah.
Dhandanggula 2
Yogyanira kang para prajurit
Lamun bisa samiyo anuladha
Duk ing nguni caritane
Andelira sang Prabu
Sasrabau ing Maespati
Aran Patih Suwanda
Lelabuhanipun
Kang ginelung tri prakara
Guna kaya purun ingkang den antepi
Nuhoni trah utama
Sudah sepantasnya para prajurit
Hendaknya dapat meniru
Seperti cerita pada zaman dahulu,
Kepercayaan Sang Prabu,
Sasrabau di Maespati
Yang bernama Patih Suwondo.
Kebaikannya
Yang diselaputi oleh tiga perkara
Berguna dan dapat dipegang teguh
Meniru keluarga utama
Dhanganggula 3
Langkung ana jamane narpati,
Nora nana pan ingkang nanggulang,
Wong desa iku wadale,
Kang duwe pajek sewu,
Pan sinuda dening narpati,
Mung metu satus dinar,
Mangkana winuwus
Jamanira pan pinetang
Apan sewu wolungatus anenggih,
Ratune nuli sima
Lebih aman dan tentram zamannya raja.
Tidak ada yang menghalangi
Rakyat di desa itu biasanya,
Yang memiliki pajak seribu,
Lantas dikurangi oleh Sang Prabu,
Hanya membayar seratus dinar.
Begitulah akhirnya,
Zamannya tidak ada hitungan,
Hanya seribu delapan ratus nilainya,
Raja yang akhirnya hilang.
Dhandanggula 4

Hang tekan kadhatone sami,
Nuli rusak iya nungsa Jawa,
Nora karuwan tatane,
Pra nayaka sadarum
Miwah manca negara sami
Pada sowang-sowangan
Mangkana Winuwua
Mangka Allahu tangala
Anjenengkan Sang Ratu Asmara kingkin,
Bagus maksih taruna
Hilanglah sampai kerajaan semua,
Kemudian rusak dikarenakan orang Jawa
Kacau balau tatanannya,
Para abdi dalem semua
Dan juga negara-negara tetangga
Saling bersilaturahmi.
Seperti itulah ceritanya,
Kemudian Allah SWT
Memberikan nama Sang Ratu Asmara Kingkin
Cakap dan masih muda
Dhandanggula 5
Iku mulih jenenge Narpati
Wadya punggawa sujud sadaya
Tur padha rena prentahe
Kadhatone winuwus,
Ing Kediri ingkang satunggil
Kang siji tanah Ngarab,
Kartajamanipun,
Duk samana pan pinetang
Apan semu lwih sangang atus anenggih
Negaranira rengka
Nama raja telah kembali baik
Para prajurit dan punggawa bersujud semua
Juga pada senang perintahnya,
Kerajaannya sudah ada.
Di Kediri ada satu,
Yang satunya berada di tanah Arab.
Aman jamannya,
Pada waktu itu telah dihitung
Tahun seribu sembilan ratus
Negaranya pecah.
Dhandanggula 6

Wus ndilalah kersaning Hyang Widhi,
Ratu Peranggi anulya prapta,
Wadya tambuh wilangane,
Prawirane kalangkung,
Para ratu kalah ngajurit,
Tan ana kang nanggulang,
Tanah Jawa gempur
Wus Jumeneng tanah Jawa
Ratu Prenggibet budi kras anglangkungi
Tetep neng tanah Jawa
Sudah menjadi kehendak Allah SWT
Ratu Parenggi segera datang,
Jumlah pasukkannya bertambah,
Sehingga kekuatannya berlebih.
Para raja kalah berperang,
Tidak ada yang menghalangi
Tanah Jawa digempur
Telah bernama tanah Jawa,
Raja Prenggi menjadi raja sangat keras melebihi,
Tetap di Tanah Jawa.
Dhandanggula 7
Enengena Sang Nateng Parenggi
Prabu ing Rumingkang ginupita,
Lagya siniwi wadyane,
Kya Patih munggweng ngayun,
Angandika Sri Narpati
“Heh Patih ingsun myarsa
Tanah Jawa iku,
Ing mangke ratune sima
Iya perang klawan Ratu Parenggi
Tan ana kang nanggulang”
Kekananlah Sang Ratu Parenggi,
Prabu Rum yang dihadapi,
Baru dihadapi pasukannya.
Ki Patih memiliki keinginan,
Sang Raja berkatakalah,
“Hei, Patih saya telah mendengar,
Tanah Jawa itu
Nantinya rajanya sima,
Iya perang melawan Ratu Parenggi,
Dan Tidak ada yang menghalangi.”
Dhandanggula 8
Kinalangan kekuwung awengi,
Lir wewengkon bale mandhakiya
Pasewakaning pamase
Jroning kalang kadulu
Kang sumewa marek neng ngarsi
Mung punggawa sajuga
Karya panjer surup
Pra mukyaning taranggana
Kang sawega rumeksa pringganing ratri
Ngayomi ayuning rad
Dhandanggula 9 Tema Lingkungan

Ayo kanca, pada resik-resik
Aja mung turan turon lan dolan
Becike da nyambut gawe
Rewang kanthi mituhu
Dadi siswa siswi kang apik
Sukur bisa nang desa
Dadi tambah makmur
Yen pada ngrawat lingkungan
Apa wae katon sehat sarta apik
Bisa njaganing jagat
Ayolah teman, saling menjaga kebersihan
Jangan hanya tidur dan main-main
Lebih baik bekerja keras
Atau membantu dengan taat
Menjadi siswa siswi yang baik
Syukur kalau bisa untuk desa
Menjadi tambah makmur
Jika semua saling menjaga lingkungan
Semua dapat menjadi sehat dan sejahtera
Bisa menjaga bumi
Makna Tembang Dhandanggula
Dhandanggula memiliki makna suatu harapan yang baik, maka dari itu tembang ini menggunakan metrum yang isinya manis seperti gula.
Berisikan tentang kebahagiaan yang diperoleh setelah sepasang manusia dapat melewati proses suka duka dalam menjalin kehidupan rumah tangga sehingga akan menggapai cita-citanya, kecukupan sandang, pangan serta papan.
Serta gambaran dari sebuah kehidupan yang telah mencapai tahap kemapanan sosial, kesejahteraan, serta kecukupan akan sandang, pangan serta papan Nah, seseorang yang sedang menemukan kebahagiaan dapat diibaratkan lagunya dhandanggula.
Sebagai manusia janganlah terlalu berambisi akan dunia. Karena ambisi adalah sumber penderitaan. Hidup bahagia itu kuncinya terletak pada rasa syukur dan senantiasa berterima kasih atas rezeki yang dianugerahkan oleh Allah SWT.
Baca juga penjelasan tembang macapat dan tembang sinom secara lengkap.